Home » , , , » Kelimutu Tempat Berdiamnya Roh- Roh

Kelimutu Tempat Berdiamnya Roh- Roh

KELIMUTU, nama ini tentu tidak asing lagi bagi masyarakat Flores khususnya dan NTT pada umumnya. Menyebut nama Kelimutu, orang tentu langsung membayangkan keberadaan tiga danau yang ada di puncak Kelimutu sebuah gunung berapi di wilayah kabupaten Ende. Tri Danau Kelimutu, itulah nama yang semakin kesohor hingga ke seantero belahan dunia, karena ada keajaiban yang terjadi di daerah ini.

Meski demikian, tidak ada seorang pun yang tahu pasti mengapa danau tiga warna itu harus berada di Kelimutu sebuah gunung berapi di kabupaten Ende, Flores, NTT. Bahkan keberadaan danau tiga warna itu awalnya tidak diketahui masyarakat setempat yang sudah lama mendiami kawasan sekitar gunung Kelimutu itu.
Berbagai literatur asing mengisahkan tentang Kelimutu itu. Dalam sebuah buku berjudul Tijdshrift, terbitan  tahun 1916, tertulis bahwa tiga danau itu mulanya ditemukan secara tidak sengaja oleh Ihr. B. CC. MM. van Suchtelen dan le Roux dua orang berkebangsaan Belanda.

Dalam buku  tersebut dilukiskan bahwa mereka menemukan tiga danau tersebut masing-masing berwarna merah, hijau dan biru bercampur hijau muda. Mereka melukiskan, tiga danau itu begitu indah mempesona dan merupakan suatu keajaiban dunia yang sungguh mengesankan.

Tiga danau yang kemudian lebih dikenal dengan nama danau Kelimutu ini terletak di desa Pemo, wilayah Kecamatan Kelimutu sekitar 70-an km arah timur kota Ende.

Setelah penemuan tersebut, warga setempat mulai menghubung-hubungkannya dengan berbagai mitos yang dituturkan secara turun-temurun oleh nenek moyang warga setempat. Ceritra turun menurun ini masih sangat kuat, dihidupi dan dituturkan turun temurun  bahkan diakui sebagai sebuah kebenaran tentang munculnya tiga danau berwana  di Kelimutu tersebut.

Menurut warga setempat, Kelimutu merupakan tempat berdiamnya roh-roh leluhur mereka. Roh-roh itu ada  yang baik dan ada yang jahat. Kehadiran danau tiga warna Kelimutu  di tempat ini dipercayai sebagai manifestasi dari roh-roh tersebut. Karena itu, ketiga danau di Kelimutu itu diberi nama masing-masing oleh nenek moyang masyarakat setempat dan tetap dikenang hingga saat ini.

Tiga danau itu masing-masing disebut Tiwu Ata Bupu (danau berwarna biru), Tiwu Ata Polo (danau berwarna merah) dan Timu Koo Fai Nua Muri (danau berwarna hijau).

Tiwu Ata Bupu diakui sebagai tempat bersemayamnya arwah leluhur nenek moyang yang baik, suka melindungi dan membimbing serta mengarahkan anak-cucu mereka di jalan yang benar. Tiwu  Ata Polo merupakan tempat tinggalnya roh-roh jahat atau suanggi yang senantiasa mengganggu kehidupan manusia. Dan Tiwu Koo Fai Muri  menjadi tempat bersemayamnya roh-roh anak muda, sehingga disebut juga sebagai danau muda-mudi.

Ceritra mitos yang dimiliki, dihidupi dan dituturkan secara turun temurun  tentang tiga danau Kelimutu ini sungguh menarik dan selalu menarik. Dikisahkan, dahulu kala puncak Kelimutu yang disebut Bhu Ria (hutan lebat yang selalu berawan) menjadi tempat tinggal Konde Ratu bersama rakyatnya. Di tempat yang sama tinggallah dua orang yang sangat disegani yakni Ata Polo si tukang sihir dan pemangsa manusia dan Ata Bupu yang terkenal bijak dan mampu menangkis serangan Ata Polo.

Kehidupan di Bhu Ria masa itu sangat tenteram, damai dan tidak pernah terjadi pertengkaran. Ketiga kelompok manusia itu hidup saling berdampingan satu sama lain, aman dan damai. Keadaan ini berlangsung hingga datangnya manusia yatim piatu (Ana Kalo). Mereka berdua mencari perlindungan karena orang tua mereka sudah meninggal. Ata Bupu menerima mereka berdua dan memperlakukan seperti anaknya sendiri. Nama kedua anak itu masing-masing Koo Fai (gadis perawan) dan Nua Muri (pemuda).

Ata Bupu senantiasa berusaha melindungi mereka dari ancaman Ata Polo, sang pemangsa manusia itu. Ata Bupu melarang kedua anak ini tidak boleh keluar seenaknya meninggalkan tempat tinggal Ata Bupu.

Ata Polo dan Ata Bupu jarang bertemu karena selalu sibuk dengan kegiatan masing-masing. Suatu saat Ata Polo karena sudah rindu pergi mengunjungi Ata Bupu di kebunnya. Begitu ia memasuki kebun Ata Bupu, Ata Polo, langsung mencium bau manusia.

Mengetahui kedatangan Ata Polo ini, Ata Bupu menyembunyikan kedua anak ini. Ketika Ata Polo menanyakan dimana ia menyimpan manusia, Ata Bupu berusaha meredam niat jelek Ata Polo. Dia meminta Ata Polo menunda niatnya itu karena kedua anak ini masih kecil.

Ata Polo memenuhi permintaan Ata Bupu. Namun pada saat itu juga Ata Bupu mulai berpikir keras untuk mencari jalan keluar agar bisa menyelamatkan kedua anak yang tak berdosa ini. Karena di yakin Ata Polo suatu saat akan kembali menagih janji.

Ata Bupu lalu mengajak kedua anak itu pergi mencari tempat perlindungan yang aman  untuk bisa meluputkan diri dari keberingasan Ata Polo. Setelah berjalan beberapa hari, mereka menemukan sebuah gua yang aman, kedua manusia itu lalu disembunyikan di gua ini.

Beberapa  waktu kemudian Ata Polo datang menagihnya dengan penuh kegirangan dalam selimut kebuasan. Namun kegirangan untuk segera menyantap daging manusia segar itu menjadi sirna, ketika sampai di kediaman Ata Bupu, kedua mangsanya sudah tidak ada.

Ata Polo naik pitam dan langsung menyerang Ata Bupu. Mulanya Ata Bupu, sang pencinta damai itu berusaha untuk menyadarkan Ata Polo namun Ata Polo tidak mau mendengar. Akhirnya Ata Bupu hilang kesabarannya dan terpaksa meladeni serangan Ata Polo.

           Kelimutu Tempat Berdiamnya Roh- Roh
PERTARUANGAN semakin seru. Ata Polo dan Ata Bupu semakin gencar bertarung. Berbagai jurus ilmu dikeluarkan untuk saling menyingkirkan. Tanpa memperhitungkan berbagi kemungkinan yang bakal dihadapi keduanya. Namun rupanya kedua makhluk penghuni Gunung Kelimutu itu memiliki kekuatan yang hampir seimbang.

Ata Bupu yang bijak lestari itu mengandalkan magic putihnya untuk menangkis segala serangan dari Ata Polo yang berusaha menyingkirkannya dengan magic hitamnya.

Perbedaan kepentingan dalam pertarungan itu senantiasa mendasari pertarungan tersebut. Ata Polo bermaksud menghabisi nyawa Ata Bupu untuk dengan leluasa menikmati daging segar kedua remaja, Koo Fai dan Nua Muri dari keberingasan nafsu Ata Polo.

Pertarungan yang seru itu semakin dekat ke tempat persembunyian kedua remaja itu. Segera terciumlah bau segar manusia yang semakin menyemangati serangan Ata Polo untuk segera menghabisi nyawa Ata Bupu dan dengan leluasa menikmati daging segar kedua manusia itu.

Koo Fai dan Nua Muri yang sedang bersembunyi  dalam sebuah gua dekat pertarungan itu semakin takut. Mereka semakin gelisah, lewat lubang gua mereka mengintip pertarungan antara Ata Polo dan Ata Bupu yang begitu baik hati memperhatikan dan melindungin  mereka berdua.

Pertarungan terus berlangsung. Ata Bupu yang sudah senja usianya semakin lemah menangkis serangan Ata Polo yang dipadukan dengan semburan asap api puncak kekuatannya. Dia hanya menangkis dengan kekuatan yang tersisa. Pertarungan yang seru itu mengguncang Gunung Kelimutu disusul kebakaran yang merajalela menghanguskan padang belantara Gunung Kelimutu.

Keduanya masih tetap bertahan, kendatipun stamina mereka semakin menurun. Berbagai jurus ilmu dikerahkan untuk saling mematahkan pertahanan lawan.

Ata Polo yang semakin menggila tidak menyadari kalau maut sedang mengintainya, tanpa sadar dia terjatuh dalam sebuah lubang dan tewas tertelan bumi. Bersamaan itu pula Ata Bupu yang sudah tidak bertahan melarikan diri bersembunyi di perut bumi. Dan kedua remaja yang sedang mengintip pertarungan di balik gua tersebut tersentak kaget, karena Ata Polo dan Ata Buupu yang sejak tadi gencar bertarung tiba-tiba menghilang begitu saja. Ketika mereka hendak kelur mencari Ata Bupu, gua tempat persembunyian mereka runtuh seketika. Mereka akhirnya mati terkubur dalam gua.

Kemudian, kisah itu dituturkan secara turun-temurun hingga saat ini yang pada akhirnya mengatakan, tempat hilangnya keempat orang masing-masing Ata Bupu, Ata Polo, Koo Fai dan Nua Muri memunculkan tiga Danau Kelimutu yang indah mempesona. Tempat raibnya Ata Bupu ke perut bumi memunculkan danau berwarna biru. Disebelahnya muncul danau berwarna merah tempat tewasnya Ata Polo. Sedangkan agak jauh dari kedua tempat itu munculah danau berwarna hijau tempat tewasnya kedua remaja.

Kisah terjadinya tiga danau di Kelimutu yang dikisahkan secara turun temurun oleh masyarakat sekitar Kelimutu masih begitu lekat erat dalam sanubari penduduk sekitar Kelimutu dam mereka mempercayainya sebagai sebuah kisah yang nyata terjadi dan dialami nenek moyang mereka penghuni Kelimuti. Kelimutu menyimpan kisah magis yang menarik, dan akhirnya menjadi pesona magis yang muncul bila kita berlama-lama memandangnya. Semua ini diyakini oleh masyarakat sekitar.

Floresbangkit

0 komentar:

Post a Comment