Sejarah telah membuktikan banyak fakta bahwasanya Perjalanan mantan Presiden Indonesia yang pertama yaitu BUNG KARNO pernah menjejahkan kaki di kota Ende. Ini dapat mengungkapkan kepada kita bahwa Ende telah menorehkan dan mencatat beberapah peristiwa penting dalam perjalanan bangsa Indonesia. Kala itu Ende adalah kota terpencil, secuil dari bagian NKRI yang kurang mendapat perhatian sang penguasa, bahkan terlepas dari kaca mata dunia. Namun ternyata menyimpan sejarah kebangkitan bangsa Indonesia melalui sosok Bung Karno. Beragam khazana budaya pun tidak kalah menarik untuk diketahui dan di pahami. "Bung Karno menjadi sekrup kecil yang sangat menentukan ketika sejarah menemukan jalannya. Pada waktu pembuangan di Ende, Bung Karno banyak berkreasi melalui
pemikirannya yang jenius seperti; melukis, membuat ukiran, membentuk kesenian Tonil bahkan beberapah naska Tonil berhasil di rangkumnya antara lain berjudul; Rahasia Kelimutu, Rendo, Jula Gubi, KutKuthi, Anak Haram Jadah, Maha Iblis, Aero Dijnamiet, dan Dr. Syaitan dan masih banyak lagi karya Beliau lainya yang tidak disebutkan. Hasil karya yang paling spectakuler adalah perumusan Pancasila yang masih digunahkan sebagai Dasar Negara sejak kelampauan, kekinian bahkan akan datang. Dalam kesendiriannya, ketika itu, Bung Karno berjalan kaki ke alun-alun. Dia berteduh di bawah pohon sukun. Di bawah pohon sukun tersebut Bung Karno merenungkan dan mendapat Ilham tentang Pancasila. “Karena daun sukun menjari lima, terinspirasikanlah Pancasila. Lima sila,”....
Bung Karno adalah sosok yang sederhana, berwibawah, berpengaruh serta berkharisma sehingga mendapat tempat tersendiri dalam lubuk hati masyarat Indonesia yang terdalam. Meski demikian Beliau juga banyak menimbulkan pro dan kontra di mata dunia. Kepada penulis biografinya, Cindy Adams, Bung Karno mengibaratkan dirinya dikutuk seperti bandit, dan dipuja laksana Dewa. Beberapa Media massa Barat membuat laporan-laporan yang mendiskreditkan Bung Karno, meski sumbernya seorang abang becak, yang entah faktual entah fiktif. Hal itu tentu menjadi kontradiktif dengan sisi yang lain, yang menggambarkan begitu ia dipuja bagaikan Dewa.
Dubes senior Inggris di tahun 60-an pernah berkirim surat ke alamat Downing Street 10 London (alamat Kantor Perdana Menteri). Tulisnya, “Presiden Sukarno tidak dapat dikendalikan, tidak dapat diramalkan dan tidak dapat dikuasai. Dia seperti tikus yang terdesak.”
Hmhmhmhmhmhmhmhmhmh................
Sekarang hasil karya Bung Karno Berupa Naska Tonil yang sudah di bawah ke jakarta di nyatakan Raib. Entah kemana perginya tidak ada sepotong manusia pun yang tahu.
Mungkinkah Naska Tonil tersebut kembali ke pangkuan Bung Karno sendiri ?
Misteri.....Misteri.....dan misteri.... serta Misteri...........
Bung Karno, engkaulah sahabatku, guruku, bapakku dan pemimpinku. Engkau telah memberikan seberkas sinar dan secercah harapan untuk kemasyuran Ende kota perjuanganku.
Bung Karno, engkaulah Permata Hati Kota Ende.....
Semuanya sudah tersirat dan tersurat untukku di sini..............
pemikirannya yang jenius seperti; melukis, membuat ukiran, membentuk kesenian Tonil bahkan beberapah naska Tonil berhasil di rangkumnya antara lain berjudul; Rahasia Kelimutu, Rendo, Jula Gubi, KutKuthi, Anak Haram Jadah, Maha Iblis, Aero Dijnamiet, dan Dr. Syaitan dan masih banyak lagi karya Beliau lainya yang tidak disebutkan. Hasil karya yang paling spectakuler adalah perumusan Pancasila yang masih digunahkan sebagai Dasar Negara sejak kelampauan, kekinian bahkan akan datang. Dalam kesendiriannya, ketika itu, Bung Karno berjalan kaki ke alun-alun. Dia berteduh di bawah pohon sukun. Di bawah pohon sukun tersebut Bung Karno merenungkan dan mendapat Ilham tentang Pancasila. “Karena daun sukun menjari lima, terinspirasikanlah Pancasila. Lima sila,”....
Bung Karno adalah sosok yang sederhana, berwibawah, berpengaruh serta berkharisma sehingga mendapat tempat tersendiri dalam lubuk hati masyarat Indonesia yang terdalam. Meski demikian Beliau juga banyak menimbulkan pro dan kontra di mata dunia. Kepada penulis biografinya, Cindy Adams, Bung Karno mengibaratkan dirinya dikutuk seperti bandit, dan dipuja laksana Dewa. Beberapa Media massa Barat membuat laporan-laporan yang mendiskreditkan Bung Karno, meski sumbernya seorang abang becak, yang entah faktual entah fiktif. Hal itu tentu menjadi kontradiktif dengan sisi yang lain, yang menggambarkan begitu ia dipuja bagaikan Dewa.
Dubes senior Inggris di tahun 60-an pernah berkirim surat ke alamat Downing Street 10 London (alamat Kantor Perdana Menteri). Tulisnya, “Presiden Sukarno tidak dapat dikendalikan, tidak dapat diramalkan dan tidak dapat dikuasai. Dia seperti tikus yang terdesak.”
Hmhmhmhmhmhmhmhmhmh................
Sekarang hasil karya Bung Karno Berupa Naska Tonil yang sudah di bawah ke jakarta di nyatakan Raib. Entah kemana perginya tidak ada sepotong manusia pun yang tahu.
Mungkinkah Naska Tonil tersebut kembali ke pangkuan Bung Karno sendiri ?
Misteri.....Misteri.....dan misteri.... serta Misteri...........
Bung Karno, engkaulah sahabatku, guruku, bapakku dan pemimpinku. Engkau telah memberikan seberkas sinar dan secercah harapan untuk kemasyuran Ende kota perjuanganku.
Bung Karno, engkaulah Permata Hati Kota Ende.....
Semuanya sudah tersirat dan tersurat untukku di sini..............
0 komentar:
Post a Comment